Suroyo, yah itulah
namanya. Sahabat saya waktu di Jogja. Mengenal dia sejak tahun 2000. Sejak
mengenalnya saya sudah bisa melihat bahwa Suroyo adalah sosok pribadi yang suka
nekad. Tapi nekadnya adalah nekad yang positif dan produktif. Sampai sekarang
sifat nekadnya itu tetap ada terbukti dia berusaha bisa mengendarai mobil
sendiri pasca musibah yang menimpanya diawal tahun 2012 yang lalu. Bagaimana
kisahnya? Ikuti sedikit cerita saya berikut.
Suroyo lahir di sebuah
desa di Patuk Gunung Kidul tepatnya di Dusun Kembang Desa Nglegi tahun 1979.
Usianya kini 34 tahun. Tahun 2000 saya mengenal dia sebagai sales onderdil pompa
air. Barang yang dijualnya adalah milik juragannya dari Boyolali. Naluri
nekadnya selalu muncul selama dia bekerja. Ambisi untuk mandiri terus ada.
Terbukti dia akhirnya menjadi sales mandiri yang tidak bekerja pada juragan
manapun. Tapi anehnya dalam bekerja dia tidak memiliki motor untuk menjual
dagangannya. Motor teman-temannya pada saat tidak dipakai dia pinjam untuk
berjualan. Dengan cara seperti itu dia bisa mendapatkan hasil lumayan untuk
membiayai kebutuhannya sendiri. Pada tahun 2001 Suroyo berniat untuk
melanjutkan pendidikannya. Ini bisa dibilang nekad karena biaya kuliah sudah
mahal sementara biaya entah akan didapat darimana. Pundi-pundi rupiah hanya
bisa dia dapat dari jualan onderdil pompa air. Alhasil Suroyo berhasil lolos
masuk Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sela-sela kuliah bisnis
pompa airnya terus dikembangkan. Bahkan pada waktu itu saya melakukan kongsi
bisnis untuk mendirikan gerai pompa air. Kami berdua menyewa kios kecil di
jalan Wonosari Piyungan. Waktu itu saya adalah lulusan baru dari Fakultas
Ekonomi UGM. Saya juga lulusan Fakultas Pertanian UNPAD. Dengan latar belakang
keilmuan itu saya merasa kurang cocok menempuh bisnis ini. Sebenarnya ini sikap
yang salah karena bidang apapun adalah baik untuk dikembangkan. Kebetulan saya
diterima sebagai manajer pemasaran di Kantor Pos Waralaba milik PT. Gama Multi
di UGM. Saya hengkang meninggalkan kongsi bisnis ini. Tinggallah Suroyo sendiri dalam
bisnis pompa air. Walaupun pasar pompa air tidak segemuk produk lain seperti
bidang sepeda motor, dari bisnis ini Suroyo mampu membiayai kuliahnya sampai
selesai. Dengan bekal ilmu yang telah dia tempuh Suroyo mengabdikan diri untuk
menjadi pengajar di SMP satu atap (sekarang SMP 5 Patuk) dekat rumahnya dan
selanjutnya dia menjadi guru di SMPN 1 Gedangsari sampai sekarang. Selama
menjadi guru Suroyo tidak berhenti untuk berbisnis pompa air. Bahkan dia juga
berbisnis komputer. Keterampilan komputer ia dapatkan dari pelatihan
gratis dan ditindak lanjuti dengan naluri nekadnya mengutak-atik computer sampai sekarang menjadi
mahir.
Kisah Suroyo berikut ini
akan sangat menginspirasi kita dan terutama untuk para dokter yang
sehari-harinya melayai pasien. Pada 22
Januari
2012 Suroyo sedang bekerja memasang instalasi kelistrikan untuk pompa air di
salah satu pelanggannya. Waktu itu dia naik ke atap asbes setinggi 6 meter dari
lantai. Sekali melewati asbes tersebut tidak ada kejadian apapun. Tetapi pada
saat balik melewati arah yang tadi dilewati dia menginjak asbes dan blong....
Tak terbayangkan sebelumnya ternyata
dia terperosok dan jatuh ke lantai dari ketinggian 6 meter. Kalau kita
membayangkan apa yang akan terjadi setelah kejadian itu? Mungkin banyak orang
yang akan mengatakan itulah saat terakhir dia menghirup udara segar. Tapi
kenyataan lain ternyata Suroyo masih bisa berfikir bagian mana yang akan
digunakan untuk menghantam lantai. Ternyata dia lebih memilih bagian pinggul
belakang. Blug...
mungkin seperti itu bunyinya. Atau lebih dahsyat
lagi saya tidak tahu. Kejadian tragis itu tidak membuat Suroyo kehilangan kesadaran.
Suroyo tidak pingsan, walau kedua kakinya
langsung mati rasa/ tidak berfungsi sama sekali.
Dalam kondisi itu Suroyo sangat merasakan betapa sakitnya kaki dan pinggulnya mencium lantai
dengan sangat keras. Bahkan dia harus menahan rasa sakit selama dalam
perjalanan menuju RS Betesdha Yogyakarta yang bisa ditempuh kurang lebih 1 jam.
Sampai rumah sakit Suroyo langsung masuh UGD dan mendapatkan perawatan khusus
sebelum dioperasi. Operasipun dilakukan esok
hari, tepatnya 23 Januari 2013.
Pasca operasi Suroyo merasakan dan berfikir bisa tidak kondisi pulih seperti
semula? Apalagi dokter memvonis bahwa Suroyo akan menjadi orang yang lumpuh permanen di sisa hidupnya atau
mungkin akan selalu hidup dengan kursi roda. Dengan vonis itu Suroyo langsung request kepada keluarga agar menyediakan
kursi roda. Bukan Suroyo kalau cepat menerima statment itu. Bahkan dia masih menanyakan kepada dokter ‘masihkah ada sebuah
motivasi agar saya bisa berjalan dan tidak lumpuh?’
Kata dokter dengan melihat kondisi ini tetap tidak bisa. Singkat cerita setelah
hampir satu bulan di Rumah sakit Suroyo pulang dan menjalankan penyembuhannya
di rumah.
Dengan kondisi itu Suroyo
punya keyakinan bahwa prediksi manusia walaupun dilengkapi dengan data akurat,
tetap tidak bisa melawan kehendak Allah
SWT. Dengan keyakinan yang tinggi Suroyo
menjalani hari-hari dengan optimisme. Tetapi saat rasa sakit masih selalu dia
rasakan, dalam kondisi fisik dan psikis yang masih sangat lemah Suroyo
ditinggalkan oleh bapaknya di bulan ke-4 pasca jatuh, bapaknya
dipanggil oleh Allah SWT.
Hari-hari terus berlalu. Upaya terapi terus dilakukan. Selama satu tahun sejak
kejadian ternyata perkembanganya sangat signifikan. Kini dia sudah bisa
berjalan tanpa alat bantu. Bahkan dia kembali bisa mengendaraai mobil walaupun
kalau mengerem dia memakai tangan. Kaki kanan masih lemah dan hanya bisa
kuat untuk menginjak gas, itupun masih harus ditambah kayu balok sebagai tumpuan
telapak kaki. Itupun hanya menggunakan 2 (dua) jari kaki kanannya. Lho kok
bisa ya? Ternyata rem mobilnya disambung dengan kayu lalu diikatkan ke
pedal rem dengan karet ban. Tidak hanya mengendarai
mobil jarak dekat saja. Dia sudah berani mengendarai sampai Magelang, Solo dan kota terdekat lainnya,
bahkan membawa penumpang penuh dalam mobilnya. Subhanallah... Dokter saja
putus asa dan pesimis.. tetapi dengan kekuatan keyakinan dan do'a, Suroyo kini
bisa menjalani kehidupanya seperti layaknya orang lain. Bahkan lebih dari itu
sekarang dia baru saja lolos menjadi Kepala
Bagian
Kesra di desanya dan akan dilantik
7 Juni 2013
mendatang.
Ini bisa membuka lembaran baru setelah 1 tahun vakum dari aktivitas dan banyak
menghabiskan waktunya di tempat tidur. Satu
pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya adalah bahwa kita harus YAKIN kepada Allah SWT. Manusia hanya bisa
berusaha, Allah yang menentukan.
Untuk itu tetaplah semangat dan terus berkarya.
(Ditulis
oleh : Hendi Prakoso/ Sahabat Suroyo)
Kalau
Allah mengijinkan, kisah ini akan kami tulis menjadi sebuah buku.
Insya
Allah inspiratif dan sangat memotivasi kita semua.
Kunjungi juga blog saya : www.zonakedu.blogspot.com
Kunjungi juga blog saya : www.zonakedu.blogspot.com
0 komentar "KISAH SUROYO, BANGKIT SETELAH MENGALAMI KECELAKAAN DAHSYAT", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar