Gambar : ilmuini.com |
Setiap hari kita disibukkan dengan kegiatan dunia dalam memenuhi kebutuhan hidup. Orang tua sibuk mencari nafkah, mahasiswa sibuk belajar, pengusaha sibuk mengurus bisnisnya, guru sibuk mengajar muridnya, dan seabrek kesibukan lain yg sangat banyak kalo dirinci.
Tapi sadarkah kita ke mana ujung dari semua kesibukan kita itu?
Semua orang tahu kalo kegiatan yg kita lakukan adalah untuk mencapai target keberhasilan
dunia. Namun hanya sedikit yg ‘sadar’ kalo kebahagian dunia harus
dikejar dengan alasan untuk mencapai kebahagiaan kampung akhirat.
Dalam urusan bisnis misalnya, kita menerapkan segala ilmu manajemen
dan prakteknya untuk mencapai target omset yg diidamkan. Jika demikian
pentingnya manajemen bisnis, maka mestinya kita sadar dan mau menerapkan
manajemen menghadapi kampung akhirat yg jauh lebih kekal dan abadi.
Penulis membuat artikel ini sebenarnya lebih ditujukan untuk
mengingatkan diri pribadi karena telah membaca artikel orang lain dan
melihat ‘orang besar’ dipanggil-Nya meski berkelar doktor. Syukur jika tulisan ini bisa memberi manfaat bagi pembaca sekalian sebagai sarana saling mengingatkan.
Ceritanya kemarin saya mau berangkat jogging
pagi sekitar jam 8.00 WIB. Ditengah jalan suasana terasa macet.
Biasanya jam segitu jarang macet, kecuali jika ada kunjungan bis wisata
mau ke tempat rekreasi air The Jungle yg tidak jauh dari rumah kami.
Ternyata salah satu penyebabnya karena banyak orang melayat ke rumah
salah seorang saudara kita yg telah dipanggil kehadapan-NYA. Papan bunga
bertuliskan ungkapan belasungkawa berjejer di pinggir jalan dengan
tulisan yg besar-besar. Salah satunya yg sempat Saya baca adalah “Turut
Berduka Cita atas berpulangnya Bpk. Dr. bla..bla..bla… dan seterusnya”.
Sepintas Saya tertegun dan sempat bergumam dalam hati : ” Oh ini toh
salah satu sebab macet, ternyata ada ‘orang besar’ yg meninggal dan
banyak yg melayat”.
Sepanjang jalan kepala Saya berpikir lagi, ternyata meski kita orang
besar atau merasa besar sekalipun, pada saatnya kita akan meninggalkan
semua kebesaran tadi untuk memasuki gerbang kehidupan
baru. Gerbang kehidupan baru itu akan mengantarkan kita memasuki dunia
lain yg kita kenal sebagai alam kubur hingga alam akhirat.
Saya berdoa semoga Saudara kita yg bergelar Doktor tadi diterima
disisi-Nya dan sudah memiliki bekal akhirat yg disiapkan sepanjang
hayatnya di dunia.
Pertanyaan yg muncul di benak Saya selanjutnya adalah
; Bagaimana jika kita merasa besar di dunia (sukses dalam suatu bidang,
menjadi pemimpin, disegani dan dihormati orang, dll) namun belum punya
bekal yg cukup untuk akhirat? Atau bagaimana kalo kita merasa kecil di
dunia (blm sukses, sengsara terus, tidak pernah merasa bahagia, dll)
namun belum juga punya bekal yg cukup untuk kampung akhirat?
Kedua kondisi di atas sama-sama merugi. Yang paling rugi tentu
kondisi yg kedua. Dunia belum didapat, akhirat juga tidak siap.
Kesimpulan Saya, kita harus memiliki ilmu manajemen yg baik untuk bisa
mengarungi kehidupan dunia yg penuh dengan keberlimpahan rezeki ini dan
tidak melupakan bekal untuk kehidupan akhirat.
“Jika kamu ingin mendapatkan
kebahagian kehidupan dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Jika kamu ingin
mendapatkan kebahagiaan akhirat, juga hendaklah dengan ilmu. Dan jika
kamu inginkan kebahagian keduanya, maka hendaklah dengan ilmu”.
Sesuai dengan judul artikel ini, salah satu ilmu untuk mendapatkan
kebahagian akhirat adalah manajemen menghadapi kematian. Sederhananya,
manajemen selama hidup di dunia agar punya bekal yg cukup sebelum pintu
kematian itu datang.
Ide manajemen ini Saya dapat setelah membaca salah satu artikel
buletin Jumat beberapa waktu lalu. Saya terkesan membaca judulnya karena
terasa sedikit ‘menyeramkan’.
Betapa tidak, karena selama ini orang takut membicarakan kematian
diri sendiri namun sering melihat kematian orang lain. Berapa banyak
tetangga, sahabat, dan saudara sendiri yg lebih dulu meninggalkan kita
namun tidak memberikan ‘kesan khusus’ kepada diri kita.
Kita seolah akan hidup lama atau merasa selamanya. Hal ini tercermin
dari prilaku kita yg meninggalkan kepentingan manajemen menghadapi
kematian. Kita sibuk menjajal berbagai praktek ilmu manajemen diri,
namun lupa manajemen kampung akhirat. Bolehlah kita berhasil dengan
manajemen dunia yg fana ini, namun sertakan pula ilmu untuk mencapai
keberhasilan kampung akhirat yg lebih abadi. Singkatnya, mari kita capai
kebahagian di dunia dan sekaligus kebahagian akhirat.
Setidaknya ada 2 Manajemen untuk mencapai kedua kebahagian tadi menurut ilmu penulis yg masih terbatas ini ;
1. Manajemen fisik (badan).
Manajemen fisik berhubungan dengan tingkat kesehatan badan dan pikiran.
2. Manajemn hati (batin).
Manajemen hati berhubungan dengan kesehatan jiwa yg mempengaruhi kesehatan badan dan pikiran kita.
—————————————
Orang yg berhasil mencapai materi dunia mungkin baru menguasai
manajemen fisik, namun orang yg berhasil mencapai kebahagian dunia dan
akhirat Insya Allah menguasai Manajemen Fisik dan Hati.
Fisik berhubungan dengan badan dan pikiran. Jika fisik kita bagus,
secara relatif akan mendorong pikiran kita bisa bekerja rileks. Begitu
juga sebaliknya. Jika pikiran kita terkendali, maka badan akan terasa
ringan dan enak melakukan segala aktifitas.
Hati berhubungan dengan 2 sumber kemungkinan ; Sumber petunjuk hawa nafsu (Syaitan), Sumber petunjuk Ilahi (Tuhan Pemilik Alam Semesta).
Jika hati cenderung bersumber dari petunjuk hawa nafsu, niscaya
setiap usaha kita di dunia hanya berhasil dalam ukuran fana. Terlihat
sukses di luar, namun ternyata keropos di dalam. Jika hati cenderung
bersumber dari petunjuk Ilahiah, tentu ukuran sukses akan diraih baik
dari sisi luar mapun dari sisi dalam. Sukses akan diraih baik dari sisi
dunia, maupun dari sisi akhirat. Sukses akan diraih baik dari sisi
materi mapun dari sisi non materi (ketenangan, kedamaian, kebahagian,
sifat sabar, ikhlas, saling menolong, dan sifat-sifat terpuji lainnya).
Sungguh beruntung orang-orang yg mau mempersiapkan bekal kampung
akhirat dengan manajemen fisik dan manajemen hati. Semua perbuatannya
untuk mencapai kebahagian hidup di dunia hanya semata-mata mengharapkan Keridhoan-Nya sehingga bisa sukses meraih kebahagian kampung akhirat :
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”.
Pembahasan masalah manajemen fisik dan hati ini tentu merupakan
materi yg sangat panjang dan eksperimental. Insya Allah jika ada
kesempatan akan saya bahas lagi berdasarkan pengalaman pribadi.
Semoga ada hikmahnya bagi kita yg ingin mencapai kebahagiaan dunia-akhirat…! Amiin.
Sukses untuk kita yg Mau Belajar tentang Kehidupan.
(Davit Putra.net)
0 komentar "MANAJEMEN MENGHADAPI KEMATIAN", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar